Permasalahan kredit perbankan memainkan peran penting dalam
perkembangan dunia usaha. Peran perbankan sangat diperlukan sebagai penyedia
dana bagi perusahaan dalam berbagai bentuk pinjaman usaha yang nantinya akan
digunakan untuk operasional perusahaan. Apabila hal tersebut dapat terjadi
secara berkesinambungan, maka perusahaan akan turut membangun perekonomian.
Perusahaan yang terus berkembang akan menjadi target bagi para investor dalam
menanamkan dana dalam berbagai bentuk investasi. Interaksi antara perbankan
dengan perusahaan ini akan menghasilkan berbagai dampak. Banyaknya kredit
perbankan yang dikucurkan pada sector riil akan menentukan tingkat kemampuan
produksi yang nantinya mempengaruhi output riil di berbagai sector ekonomi,
serta berbagai macam pengaruh lain yang akan memberikan dampak bagi
perekonomian secara keseluruhan.
Permasalahan muncul ketika keadaan yang terjadi di pasar
kredit tidak selalu dalam kondisi keseimbangan karena adanya asym etric
information, dimana perbankan lebih selektif dalam mengucurkan kredit kepada
perusahaan. Sementara di sisi lain, perusahaan sering bermasalaha dengan neraca
perusahaan yang berpengaruh terhadap pemberian kredit.
Apabila
hal ini terjadi secara terus menerus, perkembangan di sector riil akan menjadi
terhambat, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap beberapa faktor, sperti
tekanan inflasi, meningkatnya pengangguran serta variable ekonomi lain yang
akan berdampak buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Oleh karena itu, dibituhkan suatu kebijakan yang diambil
pemerintah, dalam hal ini bank sentral dalam mengatur dan mengendalikan moneter
sehingga kebijakan tersebut pada akhirnya memberikan pengaruh yang positif pada
berbagai variable ekonomi dan perekonomian secara keseluruhan.
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya
menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai
tujuan akhir yang ditetapkan. Secara spesifik, Taylor (1995) menyatakan bahwa
mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah “ the process through which
monetary policy decisions are transmitted into changes in real GDP and
inflation”.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai dari tindakan
bank sentral dengan menggunakan instrument moneter yang berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi
dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi
kebijakan moneter, seperti saluran uang, kredit, suku bunga, nilai
tukar, harga asset dan ekspektasi. Di bidang keuangan, kebijakan moneter
berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar dan harga saham
disamping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurka
pada dunia usaha serta penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas
lainnya. Di sector riil, kebijakan ini berpengaruh pada perkembangan
konsumsi, investasi, ekspor dan impor
sehingga kebijakan moneter ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi maupun inflasi
yang merupakan sasaran akhir kebijakan tersebut.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses
yang kompleks, dan karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut dengan
“ black box” (Miskhin, 1995).
Kompleksitas
dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
:
• Perubahan perilaku bank sentral,
perbankan dan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas ekonomi dan
keuangannya. Hal ini terkait dengan perilaku antisipasi oleh perbankan dan para
pelaku ekonomi pada setiap perubahan perilaku bank sentral.
• Lamanya tenggat waktu ( lag ) sejak
kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran inflasi tercapai. Hal ini dikarenakan
transmisi moneter banyak berkaitan dengan pola hubungan antara berbagai
variable ekonomi dan keuangan yang selalu berubah sejalan dengan perkembangan
ekonomi Negara yang bersangkutan.
• Terjadinya perubahan pada
saluran-saluran transmisi kebijakan moneter tersebut sesuai dengan perkembangan
ekonomi Negara yang bersangkutan.
Transmisi Moneter dan Proses
Perputaran Uang
Mekanisme transmisi kebijakan moneter meninjukan interaksi
antara bank sentral, perbankan, lembaga keuangan lain dan pelaku ekonomi di
sector riil melalui dua proses tahapan perputaran uang, yaitu :
·
Interaksi di pasar keuangan, yaitu interaksi antara bank
sentral dengan lembaga keuangan dan perbankan dalam transaksi keuangan.
Interaksi melalui pasar keuangan terjadi karena di satu sisi bank sentral
melakukan pengendalian moneter melalui transaksi keuangan yang dilakukan dengan
perbankan sesuai dengan arah dan sasaran kebijakan moneter yang telah di
tetapkan. Di sisi lain, perbankan lembaga keuangan lainya melakukan transaksi
portofolio investasi untuk kepentinganya sendiri maupun nasabah. Interaksi ini
dapat terjadi melalui pasar uang rupiah, pasar valas maupun pasar modal. Adanya
interaksi antara bank sentral dengan perbankan akan berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perkembangan volume maupun harga ( suku bunga,
nilai yukar, yield obligasi atau harga saham) di ketiga pasar tersebut.
·
Interaksi melalui fungsi intermediasi, yaitu interaksi
perbankan dan lembaga keuangan lainnya dengan pelaku ekonomi di sector riil.
Hal ini terjadi karena fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi
simpanan dari masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk kredit dan pembiayaan
pada dunia usaha. Interaksi ini akan berpengaruh terhadap volume dan suku bunga
giro, tabungan dan deposito sehingga berpengaruh terhadap jumlah uang beredar
(M1, M2), permintaan uang dan tabungan masyarakat. Selain itu, interaksi ini
juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pasar modal baik ditinjau dari sisi
penanaman dana oleh para investor maupun dari sisi pembiayaan oleh perusahaan
emiten. Interaksi antara pernagkan dengan pelaku ekonomi baik melalui fungsi
intermediasi keuangan maupun melalui pasar modal akan berpengaruh besar
terhadap perekonomian, yaitu :
1.
Sisi produksi : perkembangan pembiayaan dalam bentuk kredit perbankan maupun
emisi saham akan berpengaruh terhadap kemampuan produksi dunia usaha sehingga
akan menentukan tingkat output riil di berbagai sector ekonomi.
2.
Sisi permintaan : perkembangan suku bunga kredit perbankan, harga saham, yield
obligasi akan menentukan besarnya biaya modal yang akan berpengaruh pada minat
investasi dunia usaha.
3.
Konsumsi : pengaruhnya dapat terjadi melalui pendapatan yang diperoleh dari
penanaman dana dalam bentuk deposito perbankan , obligasi dan saham ( income
effect) maupun biaya yang harus dikeluarkan apabila konsumsi tersebut dilakukan
melalui kredit ( substitution effect).
4.
Ekspor-impor : pengaruhnya terjadi melalui perkembangan nilai tukar maupun volume dan suku bunga kredit, emisi
saham dan obligasi yang diperlukan untuk membiayai kegiatan ekspor-impor
tersebut.
Interaksi
antara perbankan dengan pelaku ekonomi tersebut pada akhirnya akan menentukan
tingkat inflasi, output riil dan kesempatan kerja dalam perekonomian.
Saluran Transmisi Kebijakan Moneter
1)
Saluran Uang
Mekanisme
transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang dimulai dengan tindakan bank
sentral mengendalikan uang primer (B) sesuai dengan sasaran akhir yang ingin
dicapai, dengan money multiplier ditransmisikan ke jumlah uang beredar (M1, M2)
sesuai permintaan masyarakat. Pada akhirnya, jumlah uang beredar ini akan
mempengaruhi perekonomian yaitu inflasi dan output riil.
2)
Saluran Kredit(MISKHIN)
Dalam
mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit, pasar kredit sangatlah
mempengaruhi transmisi keuangan dari sector moneter ke sector riil. Pasar
kredit tidak selalu dalam keadaan seimbang karena adanya informasi yang tidak
seimbang maupun sebab lain. Terdapat dua saluran kredit yang mempengaruhi
transmisi kebijakan moneter dari keuangan ke sktor riil, yakni saluran kredit
bank yang lebih mementingkan perilaku bank yang lebih selektif dalam melakukan
seleksi kredit karena asymetris information atau sebab lain dan saluran neraca
perusahaan yang lebih mementingkan kondisi leverage perusahaan yang berpengaruh
dalam pemberian kredit. Perkembangan kredit perbankan akan berpengaruh terhadap
inflasi dan output riil melalui dua hal, yaitu perkembangan investasi dan
perkembangan konsumsi.
3)
Saluran Suku Bunga(MISKHIN)
Saluran
suku bunga lebih mementingkan aspek harga di pasar keuangan terhadap aktivitas
ekonomi di sector riil. Kebijakan moneter yang diambil bank sentral akan
berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga di berbagai sector keuangan yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan output riil. Tahap
pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap
suku bunga jangka pendek di pasar uang rupiah yang selanjutnya berpengaruh
terhadap suku bunga deposito yang diberikan perbankan kepada simpanan
masyarakat dan suku bunga kredit yang dibebankan bank kepada debiturnya. Pada
tahap kedua, transmisi suku bunga dari sector keuangan ke sector riil akan
tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian.
Pengaruh suku bunga terhadap prmintaan konsumsi terjadi karena bunga deposito
merupakan dari pendapatan masyarakat dan bunga kredit sebagai pembiayaan
konsumsi. Pengaruh suku bunga terhadap investasi terjadi karena suku bunga
kredit merupakan komponen biaya modal disamping yield obligasi dan deviden
saham, dalam pembiayaan investasi. Kedua pengaruh diatas selanjutnya akan
mempengaruhi besarnya permintaan agregat yang pada akhirnya menentukan tingkat
inflasi dan output riil.
4)
Saluran Nilai Tukar(MISKHIN)
Saluran
nilai tukar lebih menekankan pada pentingnya pengaruh perubahan harga asset
fiansial terhadap berbagai aktivitas ekonomi. Pentingnya saluran nilai tukar
dalam transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh asset financial dalam
bentuk valuta asing yang timbul dari kegiatan ekonomi suatu Negara dengan
Negara lain. Pengaruhnya terjadi melalui perubahan nilai tukar dan besar aliran
dana yang masuk dan keluar dari suatu Negara karena kegiatan perdagangan luar
negeri maupun adanya modal investasi, yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap tingkat inflasi dan output riil dari Negara yang bersangkutan.
5)
Saluran Harga Aset(MISKHIN)
Mekanisme
transmisi melalui saluran harga asset terjadi melalui pengaruhnya terhadap
permintaan konsumsi bagi para investor, baik karena perubahan kekayaan yang
dimiliki maupun perubahan pendapatan yang dikonsumsi yang timbul dari penanaman
asset financial dan fisik tersebut.
Pengaruh asset terhadap sector riil juga terjadi permintaan investasi
oleh perusahaan , ini disebabkan perubahan harga asset tersebut yang
berpengaruh terhadap biaya modal yang harus dikeluarkan dalam produksi dan
investasi oleh perusahaan. Kedua pengaruh harga asset tersebut selanjutnya akan
berpengaruh terhadap permintaan agregat yang akan mempengaruhi tingkat inflasi
dan output riil.
6)
Saluran Ekspektasi
Dengan
semakin meningkatnya ketidakpastian dalam ekonomi dan keuangan, saluran
ekspektasi menjadi semakin penting dalam mekanisme kebijakan moneter ke sector
riil. Para pelaku ekonomi akan membentuk persepsi tertentu mengenai prsopek
ekonomi ke depan dalam menjalajnkan tindakan bisnisnya. Berkaitan dengan
kebijakan moneter, yang paling diperhatikan adalah ekspektasi inflasi yang
timbul di masyarakat. Ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perkembangan inflasi
yang telah terjadi dan pengaruh kebijakan moneter oleh bank sentral yang
ditunjukan dengan perkembangan suku bunga dan nilai tukar. Semakin kredibel
kebijakan moneter, yang ditunjukan dengan kemampuannya dalam mengendalikan suku
bunga dan stabilisasi nilai tukar, semakin kuat pula dampaknya pada ekspektasi
inflasi di masyarakat. Pengaruh ekspektasi inflasi terhadap permintaan agregat
terjadi karena dampaknya terhadap suku bunga riil yang dipertimbangkan dalam
menentukan besarnya permintaan konsumsi dan investasi di masyarakat. Pengaruh
ekspektasi inflasi terhadap penawaran agregat terjadi melalui perubahan pola
pembentukan harga produk oleh
perusahaan. Pengaruh ekspektasi inflasi
terhadap permintaan dan penawaran agregat tersebut akan mempengaruhi output
riil dan tingkat inflasi dalam ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar