Pagi
yang berawan ketika hampir seluruh orang melakukan aktivitasnya di Medan jalan
simpang Universitas Medan Area (UMA) disebrang Universitas Negeri Medan (Unimed)
terlihat banyak jajanan yang diperdagangkan disana yang mana banyak sekali
kendaraan lalu lalang yang diselimuti oleh asap-asap yang mengandung gas Co2 beracun
yang mengganggu kesehatan tubuh manusia diantaranya dapat menyebabkan berbagai
penyakit seperti kanker, tumor, sesak, dan lain-lain. Meskipun begitu tampaknya
hal tersebut tak duhiraukan oleh pedagangnya sendiri maupun masyarakat dan
mahasiswa yang rata-rata menjadi pembeli yang paling banyak.
Kusmawati
(42 tahun) seorang pedagang gorengan
yang berjualan di pinggir jalan. Kusmawati seorang Ibu yang telah ditinggal
mati suaminya sejak tahun 2000 atau sudah tiga belas tahun lamanya. Dia memiliki delapan
anak diantaranya empat sudah menikah dan empat yang masih sekolah . Beliau bersyukur karena
dari empat orang anaknya yang sudah menikah mau membantu beliau dalam memenuhi
kebutuhannhya sehari-hari “kalau tidak dibantu mereka, mana bisa saya menyekolahkan
adik-adik mereka.
Suaminya yang merupakan sopir truk meninggal dikarenakan kecelakaan mobil truk
yang menimpanya pada tahun 2000 ketika bekerja. Sejak suaminya meninggal
Kusmawati menjadi orang tua tunggal bagi anak-anaknya.
Kusmawati
telah menjajakan dagangannya disana sejak tahun 2012 atau sudah setahun tiga
bulan dan beliau setiap harinya berdagang mulai dari pukul 07.30 hingga pukul
18.00, dalam menjajakan dagangannya
beliau memiliki modal sebesar Rp. 170.000,- dan mendapat keuntungan rata-rata
perharinya sebesar Rp.250.000,- , selain itu juga Kusmawati diwajibkan membayar
uang lapak atau izin sebesar Rp. 400.000,- perbulannya kepada seorang ketua
pemuda pancasila (PP) yang bertanggung jawab atas lapak-lapak yang ada di
sekitaran simpang UMA. Ditempat ibu Kusmawati hanya disediakan sebuah tenda
saja dan peralatan-peralatan seperti panji, kompor , dan lain-lainnya
disediakan secara pribadi olehnya.
Kusmawati
ketika ditanyai masalah kesehatan atas gorengan yang diperjajankannya, beliau
mengungkapkan bahwa beliau menjaga makanannya sebaik mungkin “ bagi yang
terlalu takut dengan penyakit karena banyak debu ya... gak usah beli” tuturnya,
beliau juga menuturkan bahwa dia terpaksa berdagang disini dikarenakan himpitan
ekonomi yang mana beliau harus mendanai empat orang anak nya yang masih berada
disekolah hingga tamat SMA. Sebelumnya beliau sudah berjualan nasi di pajak
malam selama empat tahun lamanya, akan tetapi dikarenakan sakit-sakitan beliau
dipaksa oleh anak-anak nya untuk tidak berjualan pada malam hari karena akan
menganggu keseahatannya, lalu beliau pun diajak seorang temannya untuk
berjualan gorengan dipagi hari di simpang UMA.
Dalam
segi strategi penjualannya beliau hanya
menyerahkan kepada yang di atas.
” namanya saja
cari makan ya...terpaksa kita harus dagang , kalau tidak mau makan gak apa-apa” ujarnya.
Selama Kusmawati berjualan beliau mengaku belum menemukan
complain dari pembeli,
”
Paling Cuma ada mahasiswa yang bilang, ibu tutup gorengannya karena banyak
asap” ujar si pembeli.
Yang
menjadi harapan beliau hanyalah ingin menyekolahkan sisa empat orang anak-anak
nya yang masih duduk di bangku sekolah hingga minimal tamat SMA dan dari segi
keuntungan beliau sangat berharap makin banyak pelanggan.
Bagi
mahasiswa yang berjajan di simpang UMA yang dikerumuni oleh debu-debu dan asap-asap
beracun yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit ini , soal kesehatan
di nomor duakan, tak terkecuali Rina (24 tahun) seorang mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institu Agama Islam Negeri
Sumatera Utara (IAIN SU) Medan mengungkapkan “ mahasiswa mencari makanan murah dan cepat
saji, dari segi kesehatan tidak baik sebenarnya tapi karena mahasiswa mereka
pastinya mencari makanan murah dan cepat saji” imbuhnya.
Rina
juga menyarankan jika ada orang yang memiliki penyakit seperti halnya magh, asma,
tidak usah jajan di pinggir jalan meskipun ditutup menggunakan kain karena
meskipun ditutup menggunakan kain tetap saja debu dan asap yang mengandung
berbagai bakteri racun penyakit ini tetap tembus karena bakteri-bakteri
tersebut berukuran sangat kecil.
0 komentar:
Posting Komentar