Minggu, 19 Januari 2014



Pagi yang berawan ketika hampir seluruh orang melakukan aktivitasnya di Medan jalan simpang Universitas Medan Area (UMA) disebrang Universitas Negeri Medan (Unimed) terlihat banyak jajanan yang diperdagangkan disana yang mana banyak sekali kendaraan lalu lalang yang diselimuti oleh asap-asap yang mengandung gas Co2 beracun yang mengganggu kesehatan tubuh manusia diantaranya dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, tumor, sesak, dan lain-lain. Meskipun begitu tampaknya hal tersebut tak duhiraukan oleh pedagangnya sendiri maupun masyarakat dan mahasiswa yang rata-rata menjadi pembeli yang paling banyak.
Kusmawati (42 tahun) seorang  pedagang gorengan yang berjualan di pinggir jalan. Kusmawati seorang Ibu yang telah ditinggal mati suaminya sejak tahun 2000 atau sudah tiga belas tahun lamanya. Dia memiliki delapan anak diantaranya empat sudah menikah dan empat yang masih sekolah . Beliau bersyukur karena dari empat orang anaknya yang sudah menikah mau membantu beliau dalam memenuhi kebutuhannhya sehari-hari “kalau tidak dibantu mereka, mana bisa saya menyekolahkan adik-adik mereka.
 Suaminya yang merupakan sopir truk  meninggal dikarenakan kecelakaan mobil truk yang menimpanya pada tahun 2000 ketika bekerja. Sejak suaminya meninggal Kusmawati menjadi orang tua tunggal bagi anak-anaknya.
Kusmawati telah menjajakan dagangannya disana sejak tahun 2012 atau sudah setahun tiga bulan dan beliau setiap harinya berdagang mulai dari pukul 07.30 hingga pukul 18.00, dalam menjajakan dagangannya beliau memiliki modal sebesar Rp. 170.000,- dan mendapat keuntungan rata-rata perharinya sebesar Rp.250.000,- , selain itu juga Kusmawati diwajibkan membayar uang lapak atau izin sebesar Rp. 400.000,- perbulannya kepada seorang ketua pemuda pancasila (PP) yang bertanggung jawab atas lapak-lapak yang ada di sekitaran simpang UMA. Ditempat ibu Kusmawati hanya disediakan sebuah tenda saja dan peralatan-peralatan seperti panji, kompor , dan lain-lainnya disediakan secara pribadi olehnya.
Kusmawati ketika ditanyai masalah kesehatan atas gorengan yang diperjajankannya, beliau mengungkapkan bahwa beliau menjaga makanannya sebaik mungkin “ bagi yang terlalu takut dengan penyakit karena banyak debu ya... gak usah beli” tuturnya, beliau juga menuturkan bahwa dia terpaksa berdagang disini dikarenakan himpitan ekonomi yang mana beliau harus mendanai empat orang anak nya yang masih berada disekolah hingga tamat SMA. Sebelumnya beliau sudah berjualan nasi di pajak malam selama empat tahun lamanya, akan tetapi dikarenakan sakit-sakitan beliau dipaksa oleh anak-anak nya untuk tidak berjualan pada malam hari karena akan menganggu keseahatannya, lalu beliau pun diajak seorang temannya untuk berjualan gorengan dipagi hari di simpang UMA.
Dalam segi  strategi penjualannya beliau hanya menyerahkan kepada yang di atas.
” namanya saja cari makan ya...terpaksa kita harus dagang , kalau tidak mau makan gak apa-apa” ujarnya.
Selama Kusmawati berjualan beliau mengaku belum menemukan complain dari  pembeli,
” Paling Cuma ada mahasiswa yang bilang, ibu tutup gorengannya karena banyak asap” ujar si pembeli.
Yang menjadi harapan beliau hanyalah ingin menyekolahkan sisa empat orang anak-anak nya yang masih duduk di bangku sekolah hingga minimal tamat SMA dan dari segi keuntungan beliau sangat berharap makin banyak pelanggan.
Bagi mahasiswa yang berjajan di simpang UMA yang dikerumuni oleh debu-debu dan asap-asap beracun yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit ini , soal kesehatan di nomor duakan, tak terkecuali Rina (24 tahun) seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institu Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU) Medan mengungkapkan  “ mahasiswa mencari makanan murah dan cepat saji, dari segi kesehatan tidak baik sebenarnya tapi karena mahasiswa mereka pastinya mencari makanan murah dan cepat saji” imbuhnya.
Rina juga menyarankan jika ada orang yang memiliki penyakit seperti halnya magh, asma, tidak usah jajan di pinggir jalan meskipun ditutup menggunakan kain karena meskipun ditutup menggunakan kain tetap saja debu dan asap yang mengandung berbagai bakteri racun penyakit ini tetap tembus karena bakteri-bakteri tersebut berukuran sangat kecil.



0 komentar:

Posting Komentar