Sabtu, 25 Januari 2014


  1. A.    SEJARAH PERKEMBANGAN REGIONAL SCIENCE
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, di masa lalu ada teori – teori yang dapat dikategorikan sebagai bagian dari ekonomi regional yang terutang secara berserakan pada bagian tulisan. Dalam hal ini dapat disebutkan, antara lain model lokasi berbagai jenis usaha dari Von Thunen (1826), model lokasi dari Weber (1929), teori Central Places dari Christaller (1933), dan teori lokasi ekonomi dari Losch (1939). Di antara keempat teori tersebut, di dalam studi ekonomi, hanya teori lokasi Weber yang agak banyak dikenal. Setelah itu walaupun ada berbagai teori lain yang bermunculan, tidak menjadi perhatian bagi para ahli ekonomi. Para pemikir ekonomi regional baru menemukan momentumnya kembali setelah diterbitkannya disertasi, Walter Isard pada tahun 1956. Dalam kurun tenggang waktu kosong karya ilmiah yang berkaitan dengan ekonomi regional dituangkan dalam jurnal, majalah ilmiah, atau tulisan lepas lainnya sehingga tidak menjadi perhatian dan bahkan sering tidak berada dalam daftar referensi perpustakaan. Lagi pula yang banyak dibahas orang bukanlah ekonomi regional an sich melainkan gabungan dari beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan studi wilayah. Gabungan dari beberapa ilmu disebut regional science. Regional science mencakup beberapa bidang ilmu, seperti ekonomi regional, ilmu bumi ekonomi, sosiologi, antropologi, ilmu hokum (peraturan – peraturan) sesuai engantopik yang dibahas. Dalam pertumbuhannya, terutama karena didesak oleh kebutuhan, materi dari regional science banyak dibahas dalam perencanaan perkotaan dan perencanaan pembangunan daerah. Di dalam perencanaan daerah selalu muncul permasalahan tentang memilih lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan akan dibangun di masa mendatang. Karena tidak adanya pedoman atau buku referensi yang dapat dipakai, penentuan lokasi sering dilakukan atas dasar musyawarah dari orang – orang yang memiliki berbagai keahlian/kepentingan dalam suatu lembaga perencanaan pembangunan daerah (pedesaan dan perkotaan)
Hasil musyawarah badan perencanaan perkotaan dari berbagai disiplin ilmu itu kemudian dicarikan titik temunya, yaitu prinsip – prinsip yang terkandung di dalamnya. Ternyata sasaran umum rencana perkotaan adalah terciptanya efisiensi dalam kehidupan masyarakat. Untuk mencapai efisiensi kehidupan masyarakat secara sadar dan tidak sadar, para perencana sering kali telah menerapkan prinsip – prinsip ekonomi.
  1. A.    HAL – HAL YANG DICAKUP DALAM ILMU EKONOMI REGIONAL
Sampai saat ini, para ahli ekonomi masih memiliki pandangan yang berbeda tentang materi apa saja yang masuk dalam kategori ilmu ekonomi regional atau dari mana mulai membicarakan isi dari ilmu tersebut.
Beberapa materi dari teori ekonomi umum diambil tetapi dimodifikasi agar sesuai untuk membahas ekonomi wilayah. Sudah tentu ada juga teori atau model yang secara khusus dikembangkan dalam ilmu ekonomi regional. Mengenai materi yang berasal dari ilmu bumi ekonomi maka ada yang memasukkannya, tetapi ada juga yang tidak memasukkannya.
Harry W. Richardson (terj. Paul Sihotang, 1977) mulai membicarakan ekonomi regional dengan lebih dahulu membahas teori untuk wilayah yang bersifat homogeny kemudian dilanjutkan dengan membahas wilayah nodal. Dalam membahas daerah homogen juga dibicarakan berbagai teori pertumbuhan ekonomi wilayah. Teori pertumbuhan ekonomi wilayah dikutip dari teori ekonomi umum dengan modifikasi seperlunya agar lebih pas untuk membahas ekonomi wilayah. Juga ada teori yang dikembangkan khusus dalam ilmu ekonomi regional, seperti teori basis ekspor dan kaitan ekonomi antarwilayah. Dalam pembahasan daerah nodal, sebagian besar menggunakan materi yang dicakup dalam teori lokasi. Teori lokasi dikembangkan oleh para ahli ilmu bumi ekonomi namun jangan dilupakan bahwa teori lokasi pada mulanya dibangun oleh para ekonom kemudian dikembangkan oleh para geographer dengan tetap mengunakan prinsip – prinsip ekonomi.
Edgar M. Hoover (terj. Aditiawan Chandra, 1977) umumnya menggunakan pandangan teori ekonomi umum yang digunakan untuk menganalisis potensi ekonomi wilayah dan hubungan ekonomi antarwilayah.
Ekonomi Regional
May 3, 2012
  1.   DEFINISI ILMU EKONOMI REGIONAL
Ilmu ekonomi regional (IER) atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi satu wilayah dengan wilayah lain. Sebetulnya sangat sulit meletakkan posisi ilmu ekonomi regional (IER) dalam kaitannya dengan ilmu lain, terutama dengan ilmu bumi ekonomi (economic geography).
Hal – hal yang dibahas dalam ilmu bumi ekonomi, antara lain mengenai teori lokasi. Dengan demikian, perlu dipertanyakan apakah IER masih memiliki bidang yang dapat digarapnya yang berbeda dengan bidang yang telah digarap oleh ilmu lain. Jawabnya adalah ya, ilmu bumi ekonomi menggarap kegiatan itu secara individual, yaitu mempelajari dampak satu atau sekelompok kegiatan di satu lokasi terhadap kegiatan lain di lokasi lain, atau bagaimana kinerja kegiatan di lokasi itu sebagai akibat dekat atau jauhnya lokasi itu dari lokasi kegiatan lain, tetapi lokasi tersebut saling berhubungan atau berinteraksi. Ilmu ekonomi regional tidak membahas kegiatan individual melainkan menganalisis suatu wilayah (atau bagian wilayah) secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah. Memang baik ilmu bumi ekonomi maupun ilmu ekonomi wilayah mengenal dan mempergunakan beberapa istilah yang sama, misalnya wilaya nodal, wilayah homogen, kota, dan wilayah belakangnya, tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Masalah yang pelik adalah bahwa para pemikir pertama tentang ekonomi dan lokasi seperti Von Thunen (1826), Weber (1939), dan Losch (1954) dianggap sebagai pemberi landasan teori, baik bagi ilmu bumi ekonomi maupun bagi ilmu ekonomi regional. Walaupun begitu, keduanya masih bisa dibedakan, yaitu yang satu melihatnya dari segi kegiatan individual sedangkan yang lain melihatnya dari segi wilayah. Kalaupun ada perincian lebih lanjut hanya sebatas sektor (kumpulan kegiatan sejenis) dan bukan kegiatan individual. Unit analisis ekonomi regional adalah wilayah ataupun sektor dan bukan kegiatan individual.
Ilmu ekonomi regional termasuk salah satu cabang yang baru dari ilmu ekonomi. Cabang ilmu ekonomi lain yang terakhir berkembang adalah ilmu ekonomi lingkungan sebagai pecahan dari ilmu ekonomi regional. Pemikiran kearah ekonomi regional secara sepotong – potong dicetuskan oleh Von Thunen (1826), Weber (1929), Ohlin (1939), dan Losch (1939). Secara umum Walter Isard adalah orang pertama yang dianggap dapat member wujud (landasan yang kompak) atas ilmu ekonomi regional, IER baru menunjukkan wujudnya setelah diterbitkannya disertasi Walter Isard di Universitas Harvard yang berjudul Location and Space Economics (1956). Penulis terdahulu hanya membicarakan bagian – bagian tertentu saja dan bersifat sepotong – sepotong serta tidak memberikan kerangka landasan yang dapat dijadikan pedoman untuk menetapkan apakah yang dibahas itu termasuk ekonomi regional atau tidak. Penulis terdahulu membicarakan hal – hal yang dapat dikatagorikan sebagai bagian dari IER, tetapi pada saat itu dipandang dari sudut disiplin lain, Isard adalah orang yang pertama memberi kerangka landasan tentang apa saja yang dapat dikategorikan ke dalam regional science, yang pada dasarnya adalah penerapan prinsip – prinsip ekonomi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi antara wilayah yang memiliki potensi yang berbeda. Ahli ekonomi menganggap hasil karya Walter Isard masuk kategori ilmu ekonomi regional. Ilmu ekonomi regional baru masuk ke Indonesia pada awal tahun 1970-an, karena pemerintah menyadari pentingnya pembangunan ekonomi daerah sebagai bagian dari cara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Artinya, pemerintah mulai menyadari bahwa kebijakan ekonomi tidaklah boleh dibuat seragam untuk semua daerah, padahal kondisi dan potensi daerah itu tidak sama antara yang satu dengan lainnya.
Top of Form
Ruang Lingkup Ekonomi Regional
May 3, 2012
  1. A.    APAKAH ILMU EKONOMI REGIONAL DAPAT DIANGGAP ILMU YANG BERDIRI SENDIRI?
Suatu ilmu atau cabang ilmu dapat dianggap berdiri sendiri, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pada satu sisi cabang ilmu memiliki kekhususan, yaitu sesuatu yang tidak dibahas dalam cabang ilmu lain, sedangkan pada lain sisi memiliki prinsip – prinsip yang utuh atau mampu memberikan solusi yang lengkap untuk bidang tertentu (bidang yang dicakupnya).
Samuelson  (1955) mengemukakan bahwa persoalan pokok ilmu ekonomi mencakup tiga hal utama.
  1. 1.      What commodities shall be produced and in what quantities (barang apa yang harus diproduksi dan berapa banyak). Hal ini bersangkutan paut dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang ada dalam masyarakat.
  2. 2.      How shall goods be produced (bagaimana atau oleh siapa barang itu diproduksi). Hal ini bersangkut paut dengan pilihan teknologi untuk menghasilkan barang tersebut dan siapa saja yang berperan dalam menghasilkan barang tersebut dan apakah ada pengaturan dalam pembagian peran itu.
  3. 3.      For whom are goods to be produced ( untuk siapa atau bagaimana pembagian hasil dari kegiatan memproduksi barang tersebut). Hal ini bersangkut paut dengan pengatur sistem balas jasa, system perpajakan, subsidi, bantuan kepada fakir miskin, dan lain- lain.
Ketiga hal ini telah melandasi analisis ekonomi klasik.
Domar (1946), Harrod (1948), Solow (1956), Swan (1960), dan ekonom lain mencoba pula menjawab persoalan pokok yaitu :
  1. 4.       When do all those activities be carried out (kapan berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan). Pertanyaan ini dijawab dengan menciptakan teori ekonomi dinamis (dynamic economic analysis) dengan memasukkan unsure waktu ke dalam analisis. Sejalan dengan itu, keluarlah teori – teori tentang pertumbuhan ekonomi (growth theories, seperti tahap – tahap pertumbuhan Rostow), business cycle, dan development planning.
Walaupun  perkembangan ekonomi sudah demikian pesatnya, tetapi ada beberapa pertanyaan penting yang belum dapat dijawab oleh para ahli ekonomi. Pada umumnya para ekonom secara implisit beranggapan bahwa prinsip – prinsip ekonomi telah digariskan, akan berlaku umum di seluruh tempat baik di kota maupun di desa, di daerah yang telah maju ataupun di daerah terbelakang. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa kondisi tiap – tiap daerah tersebut tidak sama, ketersediaan prasarana tidak sama, keterampilan tenaga kerjanya tidak sama, kepadatan penduduk berebeda, atau harga tanah jauh berbeda. Dengan demikian, berbagai kebijakan ekonomi yang cocok di satu daerah belum tentu cocok di daerah lain. Misalnya, penentuan produksi yang optimum akan berbeda di berbagai tempat, tergantung pada kondisi ekonomi di sekitarnya. Jadi, hukum ekonomi yang telah lazim apabila diterapkan dengan memasukkan unsur tempat atau region, akan memunculkan beberapa masalah yang harus dijawab dengan teori khusus yang tidak tercakup di dalam ilmu ekonomi biasa. Untuk menjawab persoalan ini timbullah IER, yaitu dengan memasukkan unsur lokasi ke dalam ilmu ekonomi internasional (terdahulu).
Belakangan, hubungan antardaerah pun dianggap sebagai bahan pembahasan IER yang cukup menarik dan memunculkan implikasi kebijakan yang lebih mempercepat tercapainya tujuan ekonomi nasional. Jadi secara ringkas, persoalan utama yang dibahas dalam ekonomi regional adalah menjawab pertayaan sebagai berikut.
  1. 5.      Where do all those activities should be carried out (dimana lokasi dari berbagai kegiatan tersebut)
Jelaslah bahwa IER timbul untuk memecahkan masalah khusus yang terpaut pertanyaan dimana yang pada umumnya diabaikan dalam analisis ekonomi tradisional. Hal ini menyebabkan teori yang ditampilkan dalam IER juga berbeda dengan teori – teori yang muncul pada ekonomi terdahulu, walaupun istilah seperti demand, supply, MPC, growth, dan sebagainya masih tetap digunakan. Jadi, IER memiliki kekhususan yang tidak dibahas oleh cabang ilmu lain dan memiliki prinsip yang mampu menjelaskan bidang tersebut secara menyeluruh sehingga dapat dianggap berdiri sendiri.
Perlu dijelaskan bahwa untuk tiap pertanyaan di atas perlu dilengkapi dengan pertanyaan why, yaitu mengapa hal itu perlu dilakukan. Jadi, setiap tindakan atau pilihan perlu disertai dengan alasan mengapa hal itu menjadi pilihan. Dengan demikian, lengkaplah IER itu adalah untuk menjawab pertanyaan where and why. Tujuan utama IER adalah menjawab pertanyaan di wilayah mana suatu kegiatan sebaiknya dipilih dan mengapa bagian wilayah itu menjadi pilihan. Namun, perlu dicatat bahwa dalam menentukan lokasi maka IER hanya mampu menunjuk (memberi arahan) sampai batas di wilayah mana (atau di bagian wilayah mana), tetapi tidak sampai menunjuk kepada tempat kegiatan. Untuk sampai ke sana dibutuhkan bantuan ilmu lain, seperti ilmu kesesuaian lahan/daya dukung lahan, teknik sipil, atau teknik arsitektur.
  1. A.    TUJUAN ILMU EKONOMI REGIONAL
Tujuan (goals) ilmu ekonomi regional sebetulnya tidak jauh berbeda dengan tujuan ilmu ekonomi pada umumnya. Ferguson (1965) mengatakan bahwa tujuan utama kebijakan ekonomi adalah :
  1. Menciptakan full employment atau setidak – tidaknya tingkat pengangguran yang rendah menjadi tujuan pokok pemerintahan pusat maupun daerah. Dalam kehidupan masyarakat, pekerjaan bukan saja berfungsi sebagai sumber pendapatan, tetapi sekaligus juga memberikan harga diri/status bagi yang bekerja.
  2. Adanya economic growth (pertumbuhan ekonomi), karena selain menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, juga diharapkan dapat memperbaiki kehidupan manusia atau peningkatan pendapatan. Tanpa perubahan, manusia merasa jenuh atau bahkan merasa tertinggal.
  3. Terciptanya price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa aman/tentram dalam perasaan masyarakat. Harga yang tidak stabil membuat masyarakat merasa waswas, misalnya apakah harta atau simpanan yang diperoleh dengan kerja keras, nilai riil atau manfaat berkurang di kemudian hari.
Ada diantara tujuan ekonomi yang tidak mungkin dilakukan daerah (pemerintah daerah) apabila daerah itu bekerja sendiri, yaitu menstabilkan tingkat harga. Namun, apabila daerah itu dapat memenuhi tujuan pertama dan kedua, hal itu turut membantu pemerintah pusat untuk memenuhi tujuan ketiga. Namun, di sisi lain daerah karena wilayahnya yang lebih sempit, dapat membuat kebijakan yang lebih bersifat spasial sehingga ada hal – hal yang dapat dilakukan oleh daerah secara lebih baik ketimbang oleh pemerintah pusat. Hal – hal yang bisa diatur di daerah secara lebih baik, yang merupakan tujuan pokok tambahan yaitu sebagai berikut.
  1. Terjaganya kelestarian lingkungan hidup.
  2. Pemerataan pembangunan dalam wilayah.
  3. Penetapan sektor unggulan wilayah.
  4. Membuat keterkaitan antarsektor yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga menjadi bersinergi dan berkesinambung.
  5. Pemenuhan kebutuhan pangan wilayah.
  1. B.     MANFAAT ILMU EKONOMI REGIONAL
Manfaat IER dapat dibagi dua, yaitu manfaat makro dan manfaat mikro. Manfaat makro bertalian dengan bagaimana pemerintah pusat dapat menggunakannya untuk mempercepat laju pertumbuhan kesluruhan wilayah. Manfaat mikro, yaitu bagaimana IER dapat membantu perencana wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses menentukan lokasi suatu kegiatan atau proyek.
Contoh manfaat makro dapat dikemukakan sebagai berikut. Ditinjau dari sudut pemerintah pusat masing – masing wilayah memiliki potensi yang berbeda. Dari sudut potensi, masing – masing wilayah memiliki keunggulan komparatif yang berbeda dan bisa dimanfaatkan untuk menetapkan skala prioritas yang berbeda untuk masing – masing wilayah. Dari sudut tingkat pendapatan, masing – masing wilayah memiliki tingkat pendapatan yang berbeda. Wilayah dengan tingkat pendapatan rendah memiliki MPC (marginal propensity to consume) yang tinggi. Hal ini bisa digunakan untuk meningkatkan efek pengganda (multiplier effect) dari pengeluaran pemerintah pusat.
Contoh manfaat mikro dapat dikemukakan sebagai berikut. IER membantu perencanaan wilayah dalam menentukan dibagian wilayah mana suatu kegiatan/proyek itu sebaiknya dibangun, tetapi tidak sampai menunjuk lokasi konkret dari proyek tersebut. Dengan demikian, mungkin ada yang mempertanyakan apa manfaat/kegunaan IER, karena tidak mampu langsung menunjukan lokasi. Seorang perencana wilayah berhadapan dengan wilayah yang begitu luas. Apabila langsung ingin mendapat jawaban dimana site-nya, ia harus melakukan survey terhadap keseluruh wilayah. Hal ini membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. IER memiliki alat analisis yang bisa menunjuk pada bagian wilayah mana kegiatan seperti itu memiliki keunggulan komparatif. Dengan demikian, bagian wilayah yang perlu disurvei secara rinci dipersempit untuk menghemat waktu dan biaya. Analisis IER membutuhkan biaya yang relatif murah karena dalam banyak hal cukup menggunakan data sekunder. Dengan demikian, IER dapat membantu perencana wilayah untuk menghemat waktu dan biaya dalam proses memilih lokasi.

0 komentar:

Posting Komentar