- A.
SEJARAH PERKEMBANGAN REGIONAL SCIENCE
Sebagaimana
telah dikemukakan terdahulu, di masa lalu ada teori – teori yang dapat
dikategorikan sebagai bagian dari ekonomi regional yang terutang secara
berserakan pada bagian tulisan. Dalam hal ini dapat disebutkan, antara lain
model lokasi berbagai jenis usaha dari Von Thunen (1826), model lokasi dari
Weber (1929), teori Central Places dari Christaller (1933), dan teori
lokasi ekonomi dari Losch (1939). Di antara keempat teori tersebut, di dalam
studi ekonomi, hanya teori lokasi Weber yang agak banyak dikenal. Setelah itu
walaupun ada berbagai teori lain yang bermunculan, tidak menjadi perhatian bagi
para ahli ekonomi. Para pemikir ekonomi regional baru menemukan momentumnya
kembali setelah diterbitkannya disertasi, Walter Isard pada tahun 1956. Dalam
kurun tenggang waktu kosong karya ilmiah yang berkaitan dengan ekonomi regional
dituangkan dalam jurnal, majalah ilmiah, atau tulisan lepas lainnya sehingga
tidak menjadi perhatian dan bahkan sering tidak berada dalam daftar referensi
perpustakaan. Lagi pula yang banyak dibahas orang bukanlah ekonomi regional an
sich melainkan gabungan dari beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan studi
wilayah. Gabungan dari beberapa ilmu disebut regional science. Regional
science mencakup beberapa bidang ilmu, seperti ekonomi regional, ilmu bumi
ekonomi, sosiologi, antropologi, ilmu hokum (peraturan – peraturan) sesuai
engantopik yang dibahas. Dalam pertumbuhannya, terutama karena didesak oleh
kebutuhan, materi dari regional science banyak dibahas dalam perencanaan
perkotaan dan perencanaan pembangunan daerah. Di dalam perencanaan daerah
selalu muncul permasalahan tentang memilih lokasi dari berbagai kegiatan yang
direncanakan akan dibangun di masa mendatang. Karena tidak adanya pedoman atau
buku referensi yang dapat dipakai, penentuan lokasi sering dilakukan atas dasar
musyawarah dari orang – orang yang memiliki berbagai keahlian/kepentingan dalam
suatu lembaga perencanaan pembangunan daerah (pedesaan dan perkotaan)
Hasil
musyawarah badan perencanaan perkotaan dari berbagai disiplin ilmu itu kemudian
dicarikan titik temunya, yaitu prinsip – prinsip yang terkandung di dalamnya.
Ternyata sasaran umum rencana perkotaan adalah terciptanya efisiensi dalam
kehidupan masyarakat. Untuk mencapai efisiensi kehidupan masyarakat secara
sadar dan tidak sadar, para perencana sering kali telah menerapkan prinsip –
prinsip ekonomi.
- A.
HAL – HAL YANG DICAKUP DALAM ILMU EKONOMI REGIONAL
Sampai
saat ini, para ahli ekonomi masih memiliki pandangan yang berbeda tentang
materi apa saja yang masuk dalam kategori ilmu ekonomi regional atau dari mana
mulai membicarakan isi dari ilmu tersebut.
Beberapa
materi dari teori ekonomi umum diambil tetapi dimodifikasi agar sesuai untuk
membahas ekonomi wilayah. Sudah tentu ada juga teori atau model yang secara
khusus dikembangkan dalam ilmu ekonomi regional. Mengenai materi yang berasal
dari ilmu bumi ekonomi maka ada yang memasukkannya, tetapi ada juga yang tidak
memasukkannya.
Harry
W. Richardson (terj. Paul Sihotang, 1977) mulai membicarakan ekonomi regional
dengan lebih dahulu membahas teori untuk wilayah yang bersifat homogeny
kemudian dilanjutkan dengan membahas wilayah nodal. Dalam membahas daerah
homogen juga dibicarakan berbagai teori pertumbuhan ekonomi wilayah. Teori
pertumbuhan ekonomi wilayah dikutip dari teori ekonomi umum dengan modifikasi
seperlunya agar lebih pas untuk membahas ekonomi wilayah. Juga ada teori yang
dikembangkan khusus dalam ilmu ekonomi regional, seperti teori basis ekspor dan
kaitan ekonomi antarwilayah. Dalam pembahasan daerah nodal, sebagian besar
menggunakan materi yang dicakup dalam teori lokasi. Teori lokasi dikembangkan
oleh para ahli ilmu bumi ekonomi namun jangan dilupakan bahwa teori lokasi pada
mulanya dibangun oleh para ekonom kemudian dikembangkan oleh para geographer
dengan tetap mengunakan prinsip – prinsip ekonomi.
Edgar
M. Hoover (terj. Aditiawan Chandra, 1977) umumnya menggunakan pandangan teori
ekonomi umum yang digunakan untuk menganalisis potensi ekonomi wilayah dan
hubungan ekonomi antarwilayah.
Ekonomi Regional
Filed under: Ekonomi Regional
— Leave a
comment
May 3, 2012
- DEFINISI ILMU EKONOMI
REGIONAL
Ilmu
ekonomi regional (IER) atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang dari ilmu
ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi satu
wilayah dengan wilayah lain. Sebetulnya sangat sulit meletakkan posisi ilmu
ekonomi regional (IER) dalam kaitannya dengan ilmu lain, terutama dengan ilmu bumi
ekonomi (economic geography).
Hal – hal
yang dibahas dalam ilmu bumi ekonomi, antara lain mengenai teori lokasi. Dengan
demikian, perlu dipertanyakan apakah IER masih memiliki bidang yang dapat
digarapnya yang berbeda dengan bidang yang telah digarap oleh ilmu lain.
Jawabnya adalah ya, ilmu bumi ekonomi menggarap kegiatan itu secara individual,
yaitu mempelajari dampak satu atau sekelompok kegiatan di satu lokasi terhadap
kegiatan lain di lokasi lain, atau bagaimana kinerja kegiatan di lokasi itu
sebagai akibat dekat atau jauhnya lokasi itu dari lokasi kegiatan lain, tetapi
lokasi tersebut saling berhubungan atau berinteraksi. Ilmu ekonomi regional
tidak membahas kegiatan individual melainkan menganalisis suatu wilayah (atau
bagian wilayah) secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan
potensinya yang beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah. Memang baik ilmu bumi ekonomi
maupun ilmu ekonomi wilayah mengenal dan mempergunakan beberapa istilah yang
sama, misalnya wilaya nodal, wilayah homogen, kota, dan wilayah belakangnya,
tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Masalah yang pelik adalah bahwa para
pemikir pertama tentang ekonomi dan lokasi seperti Von Thunen (1826), Weber
(1939), dan Losch (1954) dianggap sebagai pemberi landasan teori, baik bagi
ilmu bumi ekonomi maupun bagi ilmu ekonomi regional. Walaupun begitu, keduanya
masih bisa dibedakan, yaitu yang satu melihatnya dari segi kegiatan individual
sedangkan yang lain melihatnya dari segi wilayah. Kalaupun ada perincian lebih
lanjut hanya sebatas sektor (kumpulan kegiatan sejenis) dan bukan kegiatan
individual. Unit analisis ekonomi regional adalah wilayah ataupun sektor dan
bukan kegiatan individual.
Ilmu
ekonomi regional termasuk salah satu cabang yang baru dari ilmu ekonomi. Cabang
ilmu ekonomi lain yang terakhir berkembang adalah ilmu ekonomi lingkungan
sebagai pecahan dari ilmu ekonomi regional. Pemikiran kearah ekonomi regional
secara sepotong – potong dicetuskan oleh Von Thunen (1826), Weber (1929), Ohlin
(1939), dan Losch (1939). Secara umum Walter Isard adalah orang pertama yang
dianggap dapat member wujud (landasan yang kompak) atas ilmu ekonomi regional,
IER baru menunjukkan wujudnya setelah diterbitkannya disertasi Walter Isard di
Universitas Harvard yang berjudul Location and Space Economics (1956).
Penulis terdahulu hanya membicarakan bagian – bagian tertentu saja dan bersifat
sepotong – sepotong serta tidak memberikan kerangka landasan yang dapat
dijadikan pedoman untuk menetapkan apakah yang dibahas itu termasuk ekonomi
regional atau tidak. Penulis terdahulu membicarakan hal – hal yang dapat
dikatagorikan sebagai bagian dari IER, tetapi pada saat itu dipandang dari
sudut disiplin lain, Isard adalah orang yang pertama memberi kerangka landasan
tentang apa saja yang dapat dikategorikan ke dalam regional science,
yang pada dasarnya adalah penerapan prinsip – prinsip ekonomi untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi antara wilayah yang memiliki potensi yang berbeda. Ahli
ekonomi menganggap hasil karya Walter Isard masuk kategori ilmu ekonomi
regional. Ilmu ekonomi regional baru masuk ke Indonesia pada awal tahun
1970-an, karena pemerintah menyadari pentingnya pembangunan ekonomi daerah
sebagai bagian dari cara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Artinya,
pemerintah mulai menyadari bahwa kebijakan ekonomi tidaklah boleh dibuat
seragam untuk semua daerah, padahal kondisi dan potensi daerah itu tidak sama
antara yang satu dengan lainnya.
Ruang Lingkup Ekonomi Regional
Filed under: Ekonomi
Regional — Leave
a comment
May 3, 2012
- A. APAKAH
ILMU EKONOMI REGIONAL DAPAT DIANGGAP ILMU YANG BERDIRI SENDIRI?
Suatu ilmu
atau cabang ilmu dapat dianggap berdiri sendiri, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Pada satu sisi cabang ilmu memiliki kekhususan, yaitu sesuatu
yang tidak dibahas dalam cabang ilmu lain, sedangkan pada lain sisi memiliki
prinsip – prinsip yang utuh atau mampu memberikan solusi yang lengkap untuk
bidang tertentu (bidang yang dicakupnya).
Samuelson
(1955) mengemukakan bahwa persoalan pokok ilmu ekonomi mencakup tiga hal
utama.
- 1.
What commodities
shall be produced and in what quantities (barang apa yang harus
diproduksi dan berapa banyak). Hal ini bersangkutan paut dengan kekuatan
permintaan dan penawaran yang ada dalam masyarakat.
- 2.
How shall
goods be produced (bagaimana
atau oleh siapa barang itu diproduksi). Hal ini bersangkut paut dengan
pilihan teknologi untuk menghasilkan barang tersebut dan siapa saja yang
berperan dalam menghasilkan barang tersebut dan apakah ada pengaturan
dalam pembagian peran itu.
- 3.
For whom are
goods to be produced (
untuk siapa atau bagaimana pembagian hasil dari kegiatan memproduksi
barang tersebut). Hal ini bersangkut paut dengan pengatur sistem balas
jasa, system perpajakan, subsidi, bantuan kepada fakir miskin, dan lain-
lain.
Ketiga hal
ini telah melandasi analisis ekonomi klasik.
Domar
(1946), Harrod (1948), Solow (1956), Swan (1960), dan ekonom lain mencoba pula
menjawab persoalan pokok yaitu :
- 4.
When
do all those activities be carried out (kapan berbagai kegiatan
tersebut dilaksanakan). Pertanyaan ini dijawab dengan menciptakan teori
ekonomi dinamis (dynamic economic analysis) dengan memasukkan
unsure waktu ke dalam analisis. Sejalan dengan itu, keluarlah teori –
teori tentang pertumbuhan ekonomi (growth theories, seperti tahap –
tahap pertumbuhan Rostow), business cycle, dan development
planning.
Walaupun
perkembangan ekonomi sudah demikian pesatnya, tetapi ada beberapa pertanyaan
penting yang belum dapat dijawab oleh para ahli ekonomi. Pada umumnya para
ekonom secara implisit beranggapan bahwa prinsip – prinsip ekonomi telah
digariskan, akan berlaku umum di seluruh tempat baik di kota maupun di desa, di
daerah yang telah maju ataupun di daerah terbelakang. Akan tetapi, kenyataan
menunjukkan bahwa kondisi tiap – tiap daerah tersebut tidak sama, ketersediaan
prasarana tidak sama, keterampilan tenaga kerjanya tidak sama, kepadatan
penduduk berebeda, atau harga tanah jauh berbeda. Dengan demikian, berbagai
kebijakan ekonomi yang cocok di satu daerah belum tentu cocok di daerah lain.
Misalnya, penentuan produksi yang optimum akan berbeda di berbagai
tempat, tergantung pada kondisi ekonomi di sekitarnya. Jadi, hukum ekonomi yang
telah lazim apabila diterapkan dengan memasukkan unsur tempat atau region,
akan memunculkan beberapa masalah yang harus dijawab dengan teori khusus yang
tidak tercakup di dalam ilmu ekonomi biasa. Untuk menjawab persoalan ini
timbullah IER, yaitu dengan memasukkan unsur lokasi ke dalam ilmu ekonomi
internasional (terdahulu).
Belakangan,
hubungan antardaerah pun dianggap sebagai bahan pembahasan IER yang cukup
menarik dan memunculkan implikasi kebijakan yang lebih mempercepat tercapainya
tujuan ekonomi nasional. Jadi secara ringkas, persoalan utama yang dibahas
dalam ekonomi regional adalah menjawab pertayaan sebagai berikut.
- 5.
Where do
all those activities should be carried out (dimana lokasi dari berbagai
kegiatan tersebut)
Jelaslah
bahwa IER timbul untuk memecahkan masalah khusus yang terpaut pertanyaan dimana
yang pada umumnya diabaikan dalam analisis ekonomi tradisional. Hal ini
menyebabkan teori yang ditampilkan dalam IER juga berbeda dengan teori – teori
yang muncul pada ekonomi terdahulu, walaupun istilah seperti demand, supply,
MPC, growth, dan sebagainya masih tetap digunakan. Jadi, IER memiliki
kekhususan yang tidak dibahas oleh cabang ilmu lain dan memiliki prinsip yang
mampu menjelaskan bidang tersebut secara menyeluruh sehingga dapat dianggap berdiri
sendiri.
Perlu
dijelaskan bahwa untuk tiap pertanyaan di atas perlu dilengkapi dengan
pertanyaan why, yaitu mengapa hal itu perlu dilakukan. Jadi, setiap tindakan
atau pilihan perlu disertai dengan alasan mengapa hal itu menjadi pilihan.
Dengan demikian, lengkaplah IER itu adalah untuk menjawab pertanyaan where
and why. Tujuan utama IER adalah menjawab pertanyaan di wilayah mana suatu
kegiatan sebaiknya dipilih dan mengapa bagian wilayah itu menjadi pilihan.
Namun, perlu dicatat bahwa dalam menentukan lokasi maka IER hanya mampu
menunjuk (memberi arahan) sampai batas di wilayah mana (atau di bagian wilayah
mana), tetapi tidak sampai menunjuk kepada tempat kegiatan. Untuk sampai ke
sana dibutuhkan bantuan ilmu lain, seperti ilmu kesesuaian lahan/daya dukung
lahan, teknik sipil, atau teknik arsitektur.
- A. TUJUAN
ILMU EKONOMI REGIONAL
Tujuan (goals)
ilmu ekonomi regional sebetulnya tidak jauh berbeda dengan tujuan ilmu ekonomi
pada umumnya. Ferguson (1965) mengatakan bahwa tujuan utama kebijakan ekonomi
adalah :
- Menciptakan full employment
atau setidak – tidaknya tingkat pengangguran yang rendah menjadi tujuan
pokok pemerintahan pusat maupun daerah. Dalam kehidupan masyarakat,
pekerjaan bukan saja berfungsi sebagai sumber pendapatan, tetapi sekaligus
juga memberikan harga diri/status bagi yang bekerja.
- Adanya economic growth
(pertumbuhan ekonomi), karena selain menyediakan lapangan kerja bagi
angkatan kerja baru, juga diharapkan dapat memperbaiki kehidupan manusia
atau peningkatan pendapatan. Tanpa perubahan, manusia merasa jenuh atau
bahkan merasa tertinggal.
- Terciptanya price stability
(stabilitas harga) untuk menciptakan rasa aman/tentram dalam perasaan
masyarakat. Harga yang tidak stabil membuat masyarakat merasa waswas,
misalnya apakah harta atau simpanan yang diperoleh dengan kerja keras,
nilai riil atau manfaat berkurang di kemudian hari.
Ada
diantara tujuan ekonomi yang tidak mungkin dilakukan daerah (pemerintah daerah)
apabila daerah itu bekerja sendiri, yaitu menstabilkan tingkat harga. Namun, apabila
daerah itu dapat memenuhi tujuan pertama dan kedua, hal itu turut membantu
pemerintah pusat untuk memenuhi tujuan ketiga. Namun, di sisi lain daerah
karena wilayahnya yang lebih sempit, dapat membuat kebijakan yang lebih
bersifat spasial sehingga ada hal – hal yang dapat dilakukan oleh daerah
secara lebih baik ketimbang oleh pemerintah pusat. Hal – hal yang bisa diatur
di daerah secara lebih baik, yang merupakan tujuan pokok tambahan yaitu sebagai
berikut.
- Terjaganya kelestarian
lingkungan hidup.
- Pemerataan pembangunan dalam
wilayah.
- Penetapan sektor unggulan
wilayah.
- Membuat keterkaitan antarsektor
yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga menjadi bersinergi dan
berkesinambung.
- Pemenuhan kebutuhan pangan
wilayah.
- B.
MANFAAT ILMU EKONOMI REGIONAL
Manfaat
IER dapat dibagi dua, yaitu manfaat makro dan manfaat mikro. Manfaat makro
bertalian dengan bagaimana pemerintah pusat dapat menggunakannya untuk
mempercepat laju pertumbuhan kesluruhan wilayah. Manfaat mikro, yaitu bagaimana
IER dapat membantu perencana wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses
menentukan lokasi suatu kegiatan atau proyek.
Contoh
manfaat makro dapat dikemukakan sebagai berikut. Ditinjau dari sudut pemerintah
pusat masing – masing wilayah memiliki potensi yang berbeda. Dari sudut
potensi, masing – masing wilayah memiliki keunggulan komparatif yang berbeda
dan bisa dimanfaatkan untuk menetapkan skala prioritas yang berbeda untuk
masing – masing wilayah. Dari sudut tingkat pendapatan, masing – masing wilayah
memiliki tingkat pendapatan yang berbeda. Wilayah dengan tingkat pendapatan
rendah memiliki MPC (marginal propensity to consume) yang tinggi. Hal
ini bisa digunakan untuk meningkatkan efek pengganda (multiplier effect)
dari pengeluaran pemerintah pusat.
Contoh
manfaat mikro dapat dikemukakan sebagai berikut. IER membantu perencanaan
wilayah dalam menentukan dibagian wilayah mana suatu kegiatan/proyek itu
sebaiknya dibangun, tetapi tidak sampai menunjuk lokasi konkret dari proyek
tersebut. Dengan demikian, mungkin ada yang mempertanyakan apa manfaat/kegunaan
IER, karena tidak mampu langsung menunjukan lokasi. Seorang perencana wilayah
berhadapan dengan wilayah yang begitu luas. Apabila langsung ingin mendapat
jawaban dimana site-nya, ia harus melakukan survey terhadap keseluruh
wilayah. Hal ini membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. IER memiliki
alat analisis yang bisa menunjuk pada bagian wilayah mana kegiatan seperti itu
memiliki keunggulan komparatif. Dengan demikian, bagian wilayah yang perlu
disurvei secara rinci dipersempit untuk menghemat waktu dan biaya. Analisis IER
membutuhkan biaya yang relatif murah karena dalam banyak hal cukup menggunakan
data sekunder. Dengan demikian, IER dapat membantu perencana wilayah untuk
menghemat waktu dan biaya dalam proses memilih lokasi.
0 komentar:
Posting Komentar